Latar Belakang
Fenomena
Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sehingga
jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing
lagi. Hampir setiap minggu, berita itu menghiasi media massa. Bukan hanya
tawuran antar pelajar saja tetapi juga tawuran antar polisi dan tentara, antar
polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan.
Fenomena
cabe cabean pun tidak kalah membooming dengan fenomena tawuran. Sebagian besar
masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan fenomena cabe cabean dan
segala istilah-istilahnya. Mulai dari cara berpakaian hingga cara berbicara.
Istilah ini menyebar secara viral dan dikenal luas karena dianggap mencerminkan
sejumlah remaja anak zaman sekarang.
1.
Fenomena
Tawuran
Tawuran antara pelajar
saat ini sudah menjadi masalah yang sangat mengganggu ketertiban masyarakat dan
keamanan lingkungan sekitarnya. Tawuran pelajar tentunya melibatkan pihak
sekolah, guru dan masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut
bagaimana menanganinya, sampai akhirnya melibatkan pihak kepolisian.
Hal ini tampak karena
senjata yang biasa di gunakan oleh pelajar pada saat tawuran bukan senjata
biasa. Bukan lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu lawan satu.
Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang ada di
sekeliling (batu dan kayu) mereka juga menggunakan senjata tajam layaknya film
action di layar lebardengan senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang.
Contohnya seperti samurai, besi bergerigi yang sengaja dipasang di sabuk, pisau
dan masih banyak lagi.
Penyimpangan seperti
tawuran antar pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan nyawa
seseorang tidak bisa disebut sebagai kenakalan remaja, namun sudah menjadi
tindakan kriminal.
Seorang pelajar
seharusanya tidak melakukan hal yang tidak terpui seperti tawuran. Namun di
usia remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapi sebagai sebuah
tantangan.
Faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya tawuran
a. Terjadi
karena ketersinggungan salah satu kawan
b. Jiwa
premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar
c. Rasa
setia kawan yang berlebihan
d. Remaja
yang terlalu dikendalikan oleh orang tua
e. Tekanan
kelompok sebaya
2.
Fenomena
Cabe Cabean
Kata cabe cabean
tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Cabe cabean adalah
sebutan bagi remaja putri yang senang keluyuran malam dan nongkrong di balapan
liar. Usia mereka umunya sama, kisaran SMP dan SMA.
Psikolog Klinik Anak
dan Dewasa, Rosdiana Setyaningrum, menjelaskan bahwa anak-anak usia 14 tahun
hingga 18 tahun memang harus hati-hati dalam mendidiknya. Apalagi masa remaja
adalah masa pencarian jati diri.
Menurut Diana, saat
remaja mencari jati dirinya, ada yang memiliki cara yang baik dengan
berprestasi dan ada yang memilih cara instan dengan bersenang-senang seperti
cabe cabean.
Ciri-ciri dari cabe
cabean :
a. Berbehel
hanya untuk sekedar gaya
b. Make-up
salah waktu
c. Seringkali
pacaran di sembarang tempat dan di keramaian
d. Berbaju
minim diberbagai tempat
Faktor
yang menyebabkan fenomena ini mucul :
1. Faktor
media
2. Faktor
keluarga
3. Faktor
lingkungan
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa fenomena tawuran dan cabe cabean
sudah sangat beredar di kalangan masyarakat Indonesia. Dari fenomena-fenomena
tersebut dapat dilihat pula bahwa hal tersebut terjadi secara garis besar
terjadi pada kalangan remaja. Hal tersebut tentunya berkaitan dengan pendidikan
baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat sekitar. Sekolah punya peran
penting dalam mendidik siswa dan siswinya agar menjadi pelajar yang terdidik.
Tidak hanya sekolah lingkungan dirumah atau keluarga pun sangat mempunyai peran
penting dimana orang tua harus selalu mengawasi dan memberikan pendidikan
terhadap anak akan hal-hal yang positif. Selain lingkungan sekolah dan
lingkungan di rumah, lingkungan di sekitar pun sangat mempengaruhi pergaulan
dari anak remaja. Kembali lagi kepada orang tua sebagi peranan penting dalam
mendidik anak tentunya harus mengawasi lingkungan disekitar anak dengan cara
mendekatan diri kepada anak.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar